Selasa, 09 Februari 2016

Kisah Yang Sangat Terharu Tentang Seorang Nenek Pemungut Daun di Mesjid

Kisah Yang Sangat Terharu Tentang Seorang Nenek Pemungut Daun di Mesjid

Kisah Yang Sangat Terharu Tentang Seorang Nenek Pemungut Daun di Mesjid - Alkisah terhadap suatu kota yang terletak di Pulau Madura, tersebutlah satu orang nenek yg kesehariannya bekerja juga sebagai jual bunga cempaka di satu buah pasar.

Seperti adat tiap-tiap harinya usai berjualan, sang nenek senantiasa menyempa kan diri mampir ke Tempat Ibadah Gede yg terdapat di kota itu dgn berlangsung kaki walaupun jaraknya pass jauh.

Dirinya selanjutnya berwudhu, masuk ke Tempat Ibadah, & lakukan shalat dhuhur.

Sesudah berdzikir & berdoa sekedarnya, dirinya langsung ke luar dari Tempat Ibadah & membungkuk-bungkukkan badannya di halaman Tempat Ibadah. Buat apa? Si nenek dgn sabarnya memunguti juga menyatukan daun-daun yg berserakan di halaman Tempat Ibadah tersebut.

Selembar demi lembaran daun dikaisnya. Tidak satu lembar daunpun dia lewatkan.

Pasti saja agak lama sang nenek membersihkan halaman Tempat Ibadah dgn trick seperti itu. Padahal matahari Madura di siang hri sungguh panas menyengat, sampai keringat juga menjadi membasahi sekujur tubuhnya.

Tidak Sedikit jemaah Tempat Ibadah yg jatuh iba kepadanya.
Maka sebuah hri Ta'mir Tempat Ibadah memutuskan buat membersihkan sendiri dedaunan itu sebelum si nenek tersebut datang.

Terhadap sebuah hri, seperti rata-rata sang nenek datang & cepat masuk Tempat Ibadah.
Berwudhu' & dilanjutkan Shalat. Usai shalat, saat beliau hendak jalankan adat rutinnya, betapa terkejutnya beliau. Lantaran ga ada satu lembarpun daun yg berserakan disana. Beliau kembali lagi ke Tempat Ibadah & menangis dgn sesenggukan di hadapan jamaah. Dia mempertanyakan kenapa daun-daun itu telah dibersihkan sebelum kedatangannya.

Para jemaah cobalah memaparkan bahwa mereka merasa kasihan kepadanya maka mereka mendahului membersihkan sebelum kehadiran si nenek.

"Jika kalian kasihan terhadap aku, memberi peluang pada aku utk membersihkannya! Biarkan aku yg bakal membersihkan" pinta nenek tersebut.

Singkat narasi, hasilnya sang nenek dibiarkan menyatukan & membersihkan dedaunan itu seperti rata-rata.

Sebab beberapa orang penasaran dgn kelakuan nenek tersebut, sehingga salah satu orang kyai diminta utk menanyakan pada si nenek tersebut kenapa dia demikian bersemangat membersihkan dedaunan itu.

Sehingga bertanyalah sang Kyai. Dapat namun Wanita lanjut umur itu cuma ingin memaparkan sebabnya bersama dua syarat :

Pertama : Cuma Kyai yg mendengarkan rahasianya.

Kedua : Rahasia itu tak boleh disebarkan disaat beliau masihlah hidup.

(Waktu Ini sang nenek sudah meniggal dunia & kita akan mendengarkan rahasia tersebut)

Sesudah sang Kyai berjanji, sehingga berkatalah si nenek :
"Saya ini wanita bodoh, Pak Kyai." katanya.
"Saya tahu amal-amal aku yg mungil itu bisa saja serta tak benar aku lakukan. Yg aku tahu, aku tak bisa jadi selamat terhadap hri kiamat & di akhirat tidak dengan mendapat syafaat Nabi Muhammad SAW. Tiap-tiap kali aku membawa selembar daun, aku mengucapkan satu shalawat pada Rasulullah. Nanti bila aku mati, aku mau Nabi Muhammad menjemput aku. Berikan syafaat terhadap aku. Biarlah seluruhnya dedaunan itu bersaksi bahwa aku sudah membacakan shalawat kepadanya." tambah nenek sepuh tersebut.

Sang kyai cuma dapat tertegun mendengarkan narasi nenek tersebut. Seakan tak yakin bersama apa yg sudah didengarnya.

Wanita sepuh yg cuma dari suatu kampung itu, tak saja sudah mengamalkan & mengungkapkan rasa cintanya terhadap Rasulullah SAW dalam wujudnya yg tulus. Beliau serta sudah menunjukkan sifat kerendahan hati (tawadhdhu’) di hadapan manusia, & tadharru’ (kerendahan diri ke Hadirat Tuhannya), pun pernyatan bakal keterbatasan amal dihadapan Allah SWT.

Lebih dari itu, dia pun mempunyai kesadaran spiritual yg tinggi, yg teramat luhur.

Dirinya sadar bahwa dirinya tak sanggup cuma mengandalkan amalannya utk bakal selamat di Akhirat nanti.
Dirinya teramat bergantung terhadap Rahmat Allah SWT.
& siapa lagi yg jadi rahmat di semesta alam ini tidak cuma Rasulullah SAW?

Maka syafaat dari Rasulullah itulah yg teramat beliau harapkan.

Subhanallah,
Allahumma shalli 'ala Muhammad wa'ala ali Muhammad.

Kisah ini dituturkan oleh salah satu Kyai di Madura, Bapak D. Zawawi Imron (Dikenal sebagai Penyair yg dekat bersama para Ulama').

Previous
Next Post »

Posting Komentar